Selamat datang. Selamat belajar, selamat berprestasi. Semoga sukses

Galeri Video

Powered by: Youtube

Kliping Pendidikan

Kliping Berita PNS

Otomotif

wawasan Islam

Kesehatan

Kliping | Persebaya dan Mitra Kukar Tutup Tahun dengan Kemenangan atas Klub Malaysia

Kliping | Persebaya dan Mitra Kukar Tutup Tahun dengan Kemenangan atas Klub Malaysia---> Kurang beruntung di level timnas dan di tengah masih berlarutnya carut-marut organisasi PSSI, berita ini tentu pelepas dahaga atas kekecewaan yang telah lalu. Di level klub, Mitra Kukar sukses menekuk klub asal Malaysia, Johor FC, 3-1 pada laga persahabatan yang berlangsung di Lapangan Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta, Jumat 30 Desember 2011. Winger Arif Suyono menjadi bintang kemenangan Mitra Kukar atas Johor FC dengan mencetak dua gol di laga tersebut. Satu gol Mitra Kukar lainnya dicetak oleh striker asal Inggris, Marcus Bent. (Sumber)

Sebelumnya, Persebaya Surabaya sukses menekuk Kelantan FA dengan skor 3-2 di ajang Unity Cup 2011. Dengan hasil ini, Bajul Ijo unggul dengan agregat 4-3 dari klub asal Malaysia ini. Andik Vermansyah menjadi bintang lapangan setelah mencetak gol pembuka dan memberikan dua assists. Gol Persebaya lainnya dicetak Feri Ariawan menit ke-65 dan Oktavio Dutra menit ke-73. Sedangkan gol Kelantan dicetak Norshahrusl Idlan menit ke-49 dan Indra Putra di menit 90.
Sebelumnya, ketika berlaga di Malaysia, kedua tim bermain imbang 1-1 berkat gol Andik. (Sumber)
Kemenangan ini cukup istimewa mengingat Kelantan adalah juara liga Malaysia sedangkan Persebaya bukan sebagai juara liga di Indonesia.
Selamat Persebaya dan Mitra Kukar, ini tutup tahun yang manis buat kami...

Lebih lengkap, baca di sumber berita: VIVAnews

Sinopsis Film SANG PENARI, Film Terbaik FFI 2011

Maaf, Film ini buat yang sudah berusia 17 tahun ke atas
Sinopsis Film SANG PENARI, Film Terbaik FFI 2011

Sutradara: Ifa Isfansyah Produser: Shanty Harmayn Penulis Skenario: Salman Aristo, Ifa Isfansyah, Shanty Harmayn Novel: Ahmad Tohari Pemain: Prisia Nasution, Dewi Irawan, Oka Antara, Slamet Rahardjo, Landung Simatupang, Hendro Djarot, Happy Salma, Teuku Rifnu Wikana, Tio Pakusadewo, Lukman Sardi, Distributor: Salto Films. Tanggal rilis : 10 November 2011, Durasi: 111 menit
SINOPSIS :

Film yang terinspirasi dari novel trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari ini bercerita tentang cinta yang terjadi di sebuah desa miskin Indonesia pada pertengahan 1960-an. Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution). Cerita berawal ketika keduanya masih sangat muda dan saling jatuh cinta di kampung mereka yang kecil dan miskin, Dukuh Paruk. Tapi kemampuan menari Srintil yang magis menghalangi cinta mereka, karena hal itu membuat para tetua dukuh percaya bahwa Srintil adalah titisan ronggeng. Dan saat Srintil menyiapkan diri untuk tugasnya, ia menyadari bahwa menjadi seorang ronggeng tidak hanya berarti menjadi pilihan dukuhnya di pentas-pentas tari. Srintil akan menjadi milik semua warga Dukuh Paruk.


Hal ini menempatkan Rasus pada sebuah dilema. Ia merasa cintanya telah dirampas. Dalam keputusasaan, Rasus meninggalkan dukuhnya untuk menjadi anggota tentara. Lalu jaman bergerak, di mana Rasus harus memilih: loyalitas kepada negara, atau cintanya kepada Srintil. Dan ketika Rasus berada dalam dilema, ia sudah kehilangan jejak kekasihnya. Pencariannya tidak mudah dan baru membuahkan hasil setelah 10 tahun kemudian, nasib akhirnya mempertemukan Rasus dengan Srintil.




Sumber Sinopsis:
Wikipedia
Thanks to: Iskaruji dot com atas pintu rahasianya....

HAFALAN SHALAT DELISA, Film di Masa Liburan yang Layak Jadi Pilihan

Ket: Posting ini dilampiri OST Hafalan Shalat DELISA - Lagu Ibu (Rafly version). Silakan download di SINI.
HAFALAN SHALAT DELISA, Film di Masa Liburan yang Layak Jadi Pilihan--> Ini satu film yang layak untuk mengisi liburan kita kelak. Sebuah film berlatar peristiwa Tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 silam. Film ini rencananya mulai tayang 22 Desember 2011. Yuk kita simak dulu sinopsisnya.
Film ini mengisahkan tentang Delisa (diperankan Chantiq Schagerl), gadis kecil yang periang, tinggal di Lhok Nga desa kecil di pantai Aceh, mempunyai hidup yang indah. Sebagai anak bungsu dari keluarga Abi Usman (Reza Rahadian), yang bertugas di sebuah kapal tanker perusahaan minyak Internasional. Delisa sangat dekat dengan ibunya yang dia panggil Ummi (Nirina Zubir), serta ketiga kakaknya yaitu Fatimah (Ghina Salsabila), dan si kembar Aisyah (Reska Tania Apriadi) dan Zahra (Riska Tania Apriadi).

26 Desember 2004, Delisa bersama Ummi sedang bersiap menuju ujian praktek shalat ketika tiba-tiba terjadi gempa. Gempa yang cukup membuat ibu dan kakak-kakak Delisa ketakutan. Tiba-tiba tsunami menghantam, menggulung desa kecil mereka, menggulung sekolah mereka, dan menggulung tubuh kecil Delisa serta ratusan ribu lainnya di Aceh serta berbagai pelosok pantai di Asia Tenggara.

Delisa berhasil diselamatkan Prajurit Smith, setelah berhari-hari pingsan di cadas bukit. Sayangnya luka parah membuat kaki kanan Delisa harus diamputasi. Penderitaan Delisa menarik iba banyak orang. Prajurit Smith sempat ingin mengadopsi Delisa bila dia sebatang kara, tapi Abi Usman berhasil menemukan Delisa. Delisa bahagia berkumpul lagi dengan ayahnya, walaupun sedih mendengar kabar ketiga kakaknya telah pergi ke surga, dan Ummi belum ketahuan ada di mana.

Delisa bangkit, di tengah rasa sedih akibat kehilangan, di tengah rasa putus asa yang mendera Abi Usman dan juga orang-orang Aceh lainnya, Delisa telah menjadi malaikat kecil yang membagikan tawa di setiap kehadirannya. Walaupun terasa berat, Delisa telah mengajarkan bagaimana kesedihan bisa menjadi kekuatan untuk tetap bertahan. Walau air mata rasanya tak ingin berhenti mengalir, tapi Delisa mencoba memahami apa itu ikhlas, mengerjakan sesuatu tanpa mengharap balasan.
"Delisa cinta Ummi karena Allah"

Sinopsis dari: http://www.21cineplex.com/hafalan-shalat-delisa-movie,2691.htm

Sejarah FFI (Festival Film Indonesia) dan Pemenang Selama Dasawarsa Terakhir

Sejarah FFI (Festival Film Indonesia) dan Pemenang Selama Dasawarsa Terakhir --> FFI pertama kali diselenggarakan pada 1955. Digagas oleh H. Djamaluddin Malik sebagai upaya menarik perhatian masyarakat bahwa kualitas film Indonesia tidak kalah baiknya dengan film asing. Dengan kata lain, tujuan penyelenggaraan FFI adalah menumbuhkan apresiasi terhadap film Indonesia dan mengevaluasi film produksi dalam negeri selama setahun.

Sejarah mencatat, penyelenggaraan FFI sepanjang 1973-1991 selalu menjadi pesta rakyat yang gegap gempita. Terutama FFI 1983-1985 yang digelar di berbagai daerah di luar Jakarta, sebagai strategi buat semakin mendekatkan artis dengan penontonnya. Penting juga dicatat bahwa dalam periode itu film-film Indonesia merajai bioskop yang tersebar sampai ke tingkat kecamatan. Puncaknya, pada 1990 tercatat ada 2.600 bioskop dengan 2.853 layar di seluruh Indonesia, dan jumlah penonton dalam setahun mencapai 312 juta.

Dominasi film Indonesia dan pada akhirnya juga kesakralan FFI sebagai barometer kreativitas dan estetika pun berakhir bersamaan dengan runtuhnya perfilman nasional. Sepanjang 1993-2003 nyaris tidak ada lagi film Indonesia di bioskop. Selama sepuluh tahun itu praktis aktivitas produksi film terhenti, bioskop satu per satu gulung tikar, dan citra film Indonesia di mata masyarakat semakin terpuruk akibat munculnya film-film beraroma seks dan mistik, yang masih dibuat oleh beberapa produser sebagai jalan pintas menyiasati kelesuan pasar. Akibatnya, mulai 1992 penyelenggaraan FFI juga terhenti karena tidak ada lagi film yang layak dinilai.

11 Desember 2004 harus dicatat sebagai hari bersejarah dalam industri perfilman Indonesia. Malam itu, di salah satu wahana Dunia Fantasi Ancol, FFI akhirnya diselenggarakan lagi. Film-film yang dinilai adalah produksi lima tahun terakhir (2000-2004). Yang sangat menarik, hampir seluruhnya dibuat oleh pekerja-pekerja film muda yang tidak memiliki kaitan dengan generasi FFI 1973-1991. FFI berikutnya (2005) bisa dianggap pembuktian atas kebangkitan kembali perfilman nasional. Tercatat 27 film mengikuti kompetisi tahun itu. Jumlah tersebut memperlihatkan peningkatan kuantitas yang menggembirakan karena dalam FFI 2004, yang diikuti film-film produksi 2000-2004, hanya diikuti 35 film. Tapi kebangkitan kembali FFI terganggu lagi, kali ini dengan insiden yang terjadi dalam FFI 2006. Penyebabnya, Film Terbaik Ekskul karya Nayato Fio Nuala digugat oleh kelompok pekerja film muda yang menamakan diri Masyarakat Film Indonesia (MFI), karena menggunakan musik jiplakan. Akhirnya, pada 22 Juni 2007 BBPN menganulir keputusan Dewan Juri dengan mencabut penghargaan untuk Ekskul dan Nayato Fio Nuala.

Berikut pemenang FFI dasawarsa terakhir:

FFI 2011
Sutradara Terbaik: Ifa Isfansyah (Sang Penari)
Film Terbaik: Sang Penari
Pemeran Utama Pria Terbaik: Emir Mahira (Rumah Tanpa Jendela)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Prisia Nasution (Sang Penari)

FFI 2010
Sutradara Terbaik: Benni Setiawan (3 Hati, 2 Dunia 1 Cinta)
Film Terbaik: 3 Hati, 2 Dunia 1 Cinta
Pemeran Utama Pria Terbaik: Reza Rahadian (3 Hati, 2 Dunia 1 Cinta)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Laura Basuki (3 Hati, 2 Dunia 1 Cinta)

FFI 2009
Sutradara Terbaik: Aria Kusumadewa (Identitas)
Film Terbaik: Identitas
Pemeran Utama Pria Terbaik: Tio Pakusadewo (Identitas)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Titi Sjuman (Mereka Bilang, Saya Monyet!)


FFI 2008
Sutradara Terbaik: Mouly Surya (fiksi)
Film Terbaik: fiksi
Pemeran Utama Pria Terbaik: Vino Bastian (Radit dan Jani)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Fahrani (Radit dan Jani)


FFI 2007
Sutradara Terbaik: Hanung Bramantyo (Mengejar Mas-Mas)
Film Terbaik: Nagabonar Jadi 2
Pemeran Utama Pria Terbaik: Deddy Mizwar (Nagabonar Jadi 2)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Dinna Olivia (Mengejar Mas-Mas)


FFI 2006
Sutradara Terbaik: Nayato Fio Nuala (Ekskul)
Film Terbaik: Ekskul
Pemeran Utama Pria Terbaik: Albert Fakdawer (Denias, Senandung di Atas Awan)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Maudy Ayunda (Untuk Rena)


FFI 2005
Sutradara Terbaik: Hanung Bramantyo (Brownies)
Film Terbaik: Gie
Pemeran Utama Pria Terbaik: Nicholas Saputra (Gie)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Marcella Zaliyanti (Brownies)

FFI 2004
Sutradara Terbaik: Rudi Soedjarwo (Ada Apa dengan Cinta?)
Film Terbaik: Arisan!
Pemeran Utama Pria Terbaik: Tora Sudiro (Arisan!)
Pemeran Wanita Utama Terbaik: Dian Sastrowardoyo (Ada Apa dengan Cinta?)

Selengkapnya, baca di: http://www.festivalfilmindonesia.org/tentang-ffi/sejarah-ffi/


Top