Virus Ebola Mulai Masuk ke Indonesia, Bagaimana Ciri Gejalanya?-- Virus ebola telah masuk ke Indonesia! Virus ini kembali menjadi fokus utama dunia setelah 932 orang di Sierra Leone, Guinea, Liberia, dan Nigeria meninggal sejak Maret.
KompasTV memberitakan, seorang TKI asal Madiun suspect Ebola setelah pulang dari Liberia. Suspect artinya diduga kena Ebola, karena cirri-cirinya mirip dengan orang yang terkena virus Ebola. Berdasarkan klasifikasi Badan kesehatan Dunia (WHO), pasien dengan demam tinggi dari negara endemik Ebola, dimasukkan sebagai Suspect Ebola. TKI pria berusia 29 tahun, sebut saja Mr.X, bekerja di sebuah perusahaan kayu di Liberia, Afrika Timur, salah satu Negara endemik virus Ebola. Sampai saat ini di Liberia sudah jatuh 4000 orang tewas.
Mr.X tiba di Bandara Soekarno Hatta antara tanggal 25 atau 26 Oktober 2014, dan sempat “ditahan” oleh otoritas bandara dan Kementerian Kesehatan. Namun ketika sampai di kediamannya di madiun, Mr.X mengalami panas tinggi dan muntah-muntah. Mr.X dirawat dan dikarantina di RS Soedono. Saat ini Mr.X masih dikarantina, menunggu masa inkubasi selama 21 hari dan menunggu hasil pemeriksaan sampel darah.
Mari mengenal lebih jauh mengenai virus tersebut.
Anda tidak serta-merta tertular ebola ketika berdekatan dengan seseorang yang terinfeksi. Ebola tidak seperti virus influenza ataupun Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Seseorang terinfeksi virus ebola melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Hal ini terjadi ketika cairan tubuh seperti muntah atau darah penderita mengenai mata, hidung, atau mulut orang lain.
Pada kasus kali ini, orang-orang yang terinfeksi adalah mereka yang merawat saudaranya yang terinfeksi, atau menyiapkan jenazah yang akan dikebumikan.
Orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan berisiko tinggi tertular, utamanya mereka yang tidak terlatih atau tidak dilengkapi perlengkapan yang wajar.
Virus ebola dapat bertahan hidup di permukaan benda. Maka dari itu, benda apa pun yang terkontaminasi dengan cairan tubuh penderita, seperti sarung tangan karet ataupun jarum suntik, dapat menjadi media penularan virus tersebut.
Mengapa wabah ebola sulit ditangani?
Di beberapa daerah di Afrika Selatan, ada kepercayaan bahwa ketika seseorang menyebut kata "ebola" dengan keras, maka seketika itu juga virus tersebut muncul. Kepercayaan ini menyebabkan para dokter, seperti Doctors Without Borders, sulit memeranginya.
Bahkan, sebagian anggota masyarakat menyalahkan dokter sebagai pihak yang menyebarkan virus. Mereka yang terinfeksi memilih pergi ke dukun untuk mendapatkan pengobatan.
Sikap skeptis mereka bukan tanpa sebab. Pada masa lalu, pekerja rumah sakit yang tidak berhati-hati malah menjadi agen penyebaran virus tersebut.
Bagaimana penyakit ini berkembang?
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, umumnya gejala muncul sekitar delapan hingga 10 hari setelah seseorang terpapar virus.
Gejala awalnya adalah pusing, demam, dan nyeri. Terkadang muncul ruam-ruam di tubuh penderita. Hal ini diikuti dengan diare dan muntah-muntah.
Menurut Wikipedia, gejalanya : biasanya dimulai dua hari hingga tiga mInggu setelah terjangkit virus, dengan adanya demam, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Biasanya diikuti dengan mual, muntah, dan diare, serta menurunnya fungsi liver dan ginjal. Pada saat itu beberapa orang mengalami masalah pendarahan.
Kemudian, berdasarkan lebih dari 50 persen kasus yang ada, virus ebola menyerang secara mengerikan. Penderita mengalami muntah darah atau kencing darah. Selain itu, keluar darah dari kulit, mata, atau mulut penderita. Namun, bukan ini yang menyebabkan penderita meninggal, melainkan ketika pembuluh darah di dalam tubuh mengeluarkan cairan. Hal ini menyebabkan tekanan darah menurun secara tajam sehingga hati, ginjal, jantung, dan organ lainnya berhenti bekerja.
Bagaimana pengobatan penyakit ini?
Saat ini, belum ada vaksin atau obat untuk ebola. Ketika wabah sebelumnya terjadi, sebanyak 60-90 persen penderita meninggal. Sejauh ini, hal yang dilakukan dokter adalah merawat penderita, menggunakan cairan dan obat-obatan untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Para dokter juga memberikan pengobatan lainnya ketika infeksi ini menyerang tubuh pasien yang semakin lemah. Sebagian kecil orang ternyata memiliki imunitas terhadap virus ebola.
Dari mana virus ini berasal?
Pertama kali, ebola ditemukan pada 1976. Awalnya, virus ini diduga berasal dari gorila. Wabah ebola terhadap manusia terjadi ketika mereka memakan daging gorila. Namun, teori ini dibantah para ilmuwan. Pasalnya, jika hal ini benar, maka seharusnya lebih banyak kera yang terinfeksi dan kemudian mati ketimbang manusia.
Para ilmuwan percaya bahwa kelelawar adalah penyebar virus ini. Kesimpulan ini berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh Emerging Infectious Diseases. Lembaga ini melakukan penelitian terhadap 276 kelelawar yang ditangkap di empat daerah di Banglades.
Penularan terjadi ketika kera dan manusia memakan makanan yang telah terkena air liur kelelawar. Bisa juga, kera atau manusia menyentuh benda-benda yang telah terkena air liur atau kelelawar, dan kemudian menyentuh mata dan mulut sendiri.
Wabah kali ini diduga bermula dari sebuah desa di dekat Gueckedou, Guinea, di mana berburu kelelawar adalah hal yang lumrah, menurut Doctors Without Borders.
Referensi: kompas.com