Kisah tentang Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan RI-- Perbincangan mengenai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti di media sosial, baik Facebook maupun Twitter semakin ramai. Tentu saja, yang dibicarakan masih seputar soal rokok, tato, maupun kisah sukses perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 tersebut. Tidak salah, Susi menjadi media darling di antara 34 sosok Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK.
Presiden Jokowi menunjuk Susi Pudjiastuti sebagai menteri kelautan dan perikanan. Meski hanya tamatan sekolah menengah pertama (SMP), Susi mampu menjadi pengusaha sukses berkat memulai bisnis di bidang perikanan hingga maskapai melalui Susi Air yang dikembangkannya.
Dikutip dari berbagai sumber, Susi dikenal memiliki kepribadian cuek. Bahkan, ia tidak segan langsung merokok di kompleks Istana Kepresidenan, ketika baru saja usai pengenalan nama 34 menteri oleh Jokowi. “Setop dong, biar aku bisa selesaikan rokok ini sampai habis,” ujar presiden direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product tersebut kepada wartawan, Ahad (26/10).
Wanita kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 ini paling gemar dengan cerutu Kuba. Terkait tato, terjawab sudah teka-teki gambar yang ada di kakinya. Berdasarkan foto yang beredar di Twitter, seperti di akun @ewinmine, terlihat jelas tato burung Phoenix di pergelangan kaki kanannya.Hal itu sekaligus membantah kabar yang beredar bahwa tato yang dimiliki Susi bergambar lobster.
Dalam mitologi Mesir, Phoenix adalah sejenis burung api legendaris yang keramat. Burung api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan.
Dilansir Wikipedia, perjalanan karier Susi sungguh layak diteladani. Setelah tidak lagi bersekolah, dengan modal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan, pada 1983 Susi mengawali profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya terus berkembang, dan pada 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek “Susi Brand”.
Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar.
Pada 2004, Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 miliar menggunakan pinjaman bank. Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air.
Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi.
Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatra.
Perusahaannya memiliki 32 pesawat Cessna Grand Caravan, 9 pesawat Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 49 dan mengoperasikan 50 pesawat terbang beragam jenis.
Di luar penampilannya yang cuek, harus diakui ia memiliki rekam jejak mumpuni sebagai pengusaha. Selamat bekerja Bu Susi!
republika