Kini, PSSI bukanlah PSSI era 2010-2015 yang berseberangan dengan pemerintah. Kini, PSSI bersinergi dengan pemerintah untuk meraih sukses. Untuk jangka panjang, timnas akan dibentuk dengan pembinaan usia muda yang lebih baik dan penyediaan infrastrukur yang baik pula. Untuk jangka pendek, PSSI sendiri memiliki rencana untuk memulangkan talenta Tanah Air yang berkarier di luar negeri untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Selain itu, PSSI juga akan melakukan naturalisasi. Sejumlah nama pemain naturalisasi kabarnya sudah masuk dalam kantong Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla. Saat ini pun, Luis Milla sedang memantau pemain-pemain lokal yang berlaga di Piala Presiden.
Pemain-pemain muda itu akan disiapkan untuk mengisi skuad U-22 mengikuti Sea Games 2017.
Deputi IV Kemenpora, Gatot S Dewa Broto pun mendapat permintaan dari duta besar (dubes) Indonesia di Spanyol agar Menpora Imam Nahrawi mengirim surat ke seluruh para Dubes di Eropa dan Timur Tengah. Sebab, banyak pemain berdarah Indonesia yang berpotensi di Eropa dan Timur Tengah.
“Saya dapat kabar pagi tadi. Banyak pemain potensial yang ingin kembali ke Indonesia,” kata Gatot, Minggu (1/1/2017).
Kembalinya pemain berdarah Indonesia ke Nusantara bukan berarti Timnas fokus pada pemain naturalisasi saja. Gatot menegaskan segala peluang harus diambil pemerintah.
Berikut beberapa pemain muda Indonesia yang berkiprah di luar negeri sejak kecil.
Andri Syahputra (Al-Gharafa)
PSSI harus gerak cepat untuk mengantisipasi wacana Qatar yang ingin segera menaturalisasi Andri Syahputra. Berita yang sempat beredar beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa Andri, yang memang merupakan seorang WNI, benar-benar diproyeksikan membela tim nasional Qatar.
Ketua PSSI, Edy Rahmayadi pun melayangkan pesan tegas terhadap Andri, "Tidaklah, jangan terlalu lebay [berlebihan]. Saya tidak mau menanggapi kabar seperti itu. Pokoknya tidak ada restu-restuan untuk dia dinaturalisasi oleh Qatar. Dia itu orang Indonesia," kata Edy.
"Kalau dia tidak mau dipanggil untuk membela Indonesia, ya dia harus keluar dari negara Indonesia," ia menambahkan.
Selama ini, Andri dikenal sebagai pemain berbakat dan sosok penyerang yang mematikan. Tak hanya itu, dia juga dinilai sebagai pemain yang bisa bermain di posisi yang berbeda. Belum lama ini, pemuda 17 tahun tersebut telah menjalani debutnya bersama Al-Gharafa.
Farri Agri atau Syaffarizal Mursalin Agri
Andri Syahputra bukan satu-satunya yang bermain di Liga Qatar. Sebelumnya, pemain yang merasakan Liga Qatar lebih awal adalah Farri Agri.
Pemain yang lahir di Lhokseumawe, Aceh itu sudah bermain di akademi klub Qatar sejak tahun 2005.
Dari laman wikipedianya, sosok yang bernama lengkap Syaffarizal Mursalin Agri itu bergabung di tim yunior Al Khor sejak 2005-2008.
Setelah Al Khor, Farri Agri bergabung dengan Aspire Academy selama satu tahun dari 2008 hingga 2009.
Di tahun 2009, Farri Agri berhasil masuk ke skuad utama Al Khor hingga tahun 2015.
Di tim utama Farri Agri berhasil mencatatkan 6 penampilan namun gagal mencetak gol.
Pemain yang berposisi sebagai penyerang itu pun akhirnya hengkang dari Al Khor pada 2015 lalu.
Kini pemain yang sudah berusia 24 tahun itu membela klub Liga Qatar Al Ahli.
Farri Agri pun sudah mendapatkan debutnya bersama Al Ahli di Liga Qatar, 2015 silam.
Ia masuk menggantikan Mulota Kabangu saat Al Ahli menang dengan skor 2-0 atas Al Gharafa.
Saat itu pemain yang lahir 8 Agustus 1992 itu bermain selama 37 menit menghadapi Al Gharafa.
Angga Rezky Fitraispan (CD La Union – Spanyol)
Pemuda 17 tahun kelahiran Mampang, Jakarta Selatan, ini sudah sejak lama merasakan kerasnya persaingan di Spanyol. Waktu usianya masih menginjak enam tahun, Angga Rezky Fitraispan dibawa oleh sang ayah, Paiman, yang bekerja sebagai juru masak hotel ke salah satu kota di negeri matador, Murcia.
Memasuki usia ke delapan, Angga bergabung dengan sebuah klub sepakbola lokal di sana. Total dirinya sudah merasakan atmosfer di dua klub berbeda, yakni CD La Manga dan CD La Union (klubnya saat ini).
Meski persaingan terbilang berat, namun hal tersebut justru membuat Angga terus termotivasi. Itu membuat dirinya sukses beberapa kali menembus pemusatan latihan yang digelar oleh dua klub besar La Liga, Real Madrid (2012) dan Barcelona (2014). Tak hanya itu, ia juga tercatat sebagai salah satu pemain muda yang resmi terdaftar di Federasi Sepakbola Spanyol (REEF).
”Lumayan mas buat nambah ilmu, paling tidak Angga bisa tahu cara main secara tiki-taka ala Barcelona. Ada 76 anak yang terjaring di wilayah Murcia dan sekitarnya ikut pelatihan ini. Sedangkan dari klub Angga, La Union, ada tiga pemain,” kata ayah Angga.
Angga sendiri bermain di posisi sayap. Dirinya mengaku jika role model dalam permainannya selama ini adalah penyerang sayap milik Blaugrana, Neymar. Menurut data FFT temukan, pemuda pasangan Paiman dan Isnaeni tersebut memiliki kemampuan dalam hal dribel dan passing.
Sang ayah menuturkan bahwa Angga adalah seorang pencipta assist yang andal. “Ciri khas permainannya dia lebih dominan di dribbling, passing juga bagus, walaupun tidak banyak cetak gol, Angga lebih banyak assist, saat ini kecepatannya juga tidak kalah dengan dengan orang lokal Spanyol yang secara fisik memiliki postur yang lebih besar dan tinggi,” ungkap Paiman seperti dilansir BakatBola.
Abdurrahman Iwan (Al-Wakrah – Qatar)
Jika Anda bermimpi mendambakan tim nasional Indonesia kelak memiliki seorang pemain dengan kemampuan ciamik layaknya legenda tim nasional Argentina, Diego Maradona, mungkin nama Abdurrahman Iwan bisa menjadi satu pemain yang Anda harapkan. Dia adalah salah satu pesepakbola belia tanah air yang kini sedang meniti karier profesional di Qatar.
Pemain asli Jawa Barat ini memiliki kemampuan olah bola yang menawan. Mulai dari dribel, mengumpan, menjaga bola, sampai penyelesaian akhir, bocah yang bisa berposisi sebagai striker juga gelandang serang ini seakan dianugerahi bakat yang begitu besar.
Meski usianya baru 10 tahun, namun prestasi yang berhasil ia torehkan di atas lapangan bukan hal yang main-main. Iwan, yang dijuluki sebagai Maradona Indonesia, didapuk sebagai top skorer di ajang Liga Junior Qatar dua musim beruntun. Pada musim 2014/15 ia berhasil menorehkan catatan impresif dengan mengemas total 42 gol, sedangkan di musim 2015/16 Iwan sukses membukukan 37 gol.
Torehannya tersebut tentu saja berbanding lurus dengan gelar yang ia persembahkan bagi klubnya saat ini, SC Al Wakrah. Ia berhasil mengantarkan Al Wakrah dua kali merebut gelar di event internasional bernama International Triseries Tournament.
Selain bermain untuk SC Al Wakrah, anak dari Iwan Kuswanto ini tercatat sebagai pemain di akademi ternama di Qatar, Aspire Football Academy Qatar. Perlu diketahui, Aspire Academy adalah akademi sepakbola terbesar di daratan Asia dan bukan hal yang mudah untuk bisa menjadi bagian dari akademi itu karena harus melewati seleki super ketat terlebih dahulu.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kuswanto, selain memiliki fasilitas super mewah dan Sport Science yang komplet, Aspire Academy juga memiliki standar kurikulum yang tinggi.
“Aspire Academy Qatar sangat ketat dan disiplin di segala sisi, baik untuk makanan kesehatan, waktu, tingkah laku di dalam dan di luar lapangan. Mereka juga menerapkan promosi dan degradasi apabila anak yang telah tergabung di Aspire performanya menurun ataupun tidak bisa ditaruh di posisi yang lainnya hanya bisa di salah satu posisi saja maka pemain tersebut akan tersingkir dan di kembalikan ke klubnya masing-masing, namun meskipun begitu anak tersebut akan tetap di pantau terus perkembangannya walau sudah dikembalikan ke klubnya, sebaliknya apabila ada peningkatan pada anak tersebut maka mereka akan memanggilnya kembali” terangnya.
Yussa Nugraha (SC Feyenoord C1)
Pemuda bernama lengkap Yussarexsava Putra Nugraha ini merupakan pemain inti di tim SC Feyenoord C1. Sekedar informasi, tim junior Feyenoord Rotterdam itu kini sedang berlaga di kompetisi junior U-15 Divisi Satu.
Remaja berusia 15 tahun ini juga sudah sejak lama memulai karirnya di Belanda, yakni kurang lebih tujuh tahun. Sebelum berlabuh di Feyenoord, ia lebih dulu memperkuat klub amatir, VV Haagsehout dan SVV Scheveningen.
Selama kurang lebih satu tahun di Rotterdam, Yussa sudah menorehkan sejumlah prestasi yang membanggakan, di antaranya menjuarai turnamen RR Cup 2015 dan runner-up KNVB Beker 2015.
Yussa sendiri dinilai memiliki kemampuan seperti Cristiano Ronaldo. Selain karena ia kerap menjadi andalan tim di posisi sayap kanan dan kiri, Yussa juga memiliki kaki kanan yang kuat. Pemain kelahiran Solo, Jawa tengah tersebut juga dinilai punya kemampuan baik dalam hal mengumpan, menjaga bola, serta melakukan penyelesaian akhir.
Ini dibuktikan dengan torehan gol serta assist-nya di musim ini. Sejauh ini, dirinya sudah mengumpulkan 8 gol dan 9 assist. Musim lalu, ia bahkan menempatkan dirinya sebagai top skorer SC Feyenoord dengan catatan 18 gol dan 13 assist dari 33 laga.
Naluri mencetak golnya tersebut sudah tajam sejak awal Yussa mengawali kiprah di negeri kincir angin. Bersama SVV Scheveningen di kompetisi Topklasse, ia pernah membukukan 25 gol dan 8 assist dari total 18 pertandingan.
Berbeda dengan Andri Syahputra yang masih bingung menentukan tim nasional mana yang bakal dia bela, Yussa justru mantap menyatakan bahwa ia akan dengan senang hati menjadi bagian dari skuat Merah Putih di masa yang akan datang. “Saya pilih main untuk timnas Indonesia jika suatu saat dipanggil, mungkin untuk timnas seusia saya terlebih dahulu,” tegasnya saat ditanya soal pilihan timnas.
Berbagai sumber