Selama bertahun-tahun di sebuah pesantren, Mahmud/60th (Deddy Sutomo) mengabdikan dirinya. Meskipun kini pesantren tersebut sudah bubar sejak puluhan tahun yang lalu, namun semangatnya untuk berdakwah selalu berkobar. Baginya, dakwah dan Islam adalah dua bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupannya. Dalam dakwahnya itu, dia selalu menjelaskan bahwa Islam adalah agama pencerahan dan solusi bagi semua persoalan hidup. Sayangnya, semangatnya tiba-tiba hilang ketika dia melihat dua fenomena yang berbeda, yaitu dalam penentuan hari raya Idul Fitri antara tradisi yang biasa dilakukan di pesantrennya dulu dengan cara pemerintah melalui sidang isbat yang mengeluarkan biaya hingga milyaran rupiah.
Teringat olehnya dengan sangat jelas akan kebiasaan melihat hilal untuk menentukan tanggal 1 Syawal di pesantrennya dulu. Budaya itu sarat dengan nilai religi dan kental akan tradisi serta dilakukan secara turun temurun sebelum akhirnya pesantrennya bubar. Darisanalah dia mulai berpikir untuk mengulang kembali
Mahmud sangat ingin mewujudkan impiannya untuk melihat hilal. Dia terus memaksa agar kedua anaknya Halida dan Hanifah dapat mengizinkannya. Melihat ayahnya yang begitu bersikeras, akhirnya mereka pun mengizinkan dengan satu syarat, yaitu bila dia pergi didampingi oleh Heli. Mereka pun meminta Heli untuk mendampingi sang ayah. Mulanya Heli menolak karena memang sejak lama dia selalu bermusuhan dengan ayahnya itu. Namun, di lain situasi dia memiliki sebuah kepentingan dimana dia juga memerlukan bantuan Hanifah yang bekerja di kantor imigrasi untuk mengurus paspornya yang sudah kadaluarsa tepat di hari libur lebaran. Secepatnya dia harus pergi ke Nicaragua untuk membantu para aktivis dalam melawan tindakan perusakan lingkungan yang terjadi disana. Untuk itulah, pada akhirnya Heli bersedia mendampingi Mahmud mencari hilal guna mewujudkan impiannya.
Apakah impian Mahmud dalam mengamalkan tradisi lamanya di pesantren untuk mencari hilal berhasil? Akankah hubungan ayah dan anak antara Mahmud dan Heli akan membaik?