loading...
loading...
ISIS Akan Hancurkan Kabah Jika Kuasai Arab Saudi?-- Kelompok gerilyawan yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bersumpah akan menghancurkan Kabah jika berhasil menguasai Arab Saudi. Mereka menyatakan Kabah menyebabkan seseorang "menyembah batu selain Allah".
Kelompok ini mengindikasikan bahwa mereka akan mengambil alih Kabah setelah berhasil menembus wilayah Aruss di Arab Saudi melalui padang Anbar. ISIS juga mengancam untuk membunuh pemimpin Syiah Ayatollah Ali al-Sistani.
"Saat ini pemimpin agama Syiah di Irak adalah seseorang bernama Ali Sistani yang merupakan sisa dari generasi Safawi. Kami memperingatkan kaum Syiah bahwa Sistani harus meninggalkan Irak. Jika tidak, kami akan membunuhnya," demikian pernyataan kelompok ini.
Laporan menunjukkan bahwa akun Twitter yang mengirimkan pesan asli, telah dihapus. Sejauh ini, keaslian akun sebagai milik anggota ISIS belum diverifikasi.
Namun, Khaama Press menyatakan cuit itu agak aneh. Menurut mereka, jika memang pernyataan itu dari seorang anggota ISIS, maka akan sangat mengejutkan mengingat bahwa ISIS telah berusaha untuk meningkatkan perekrutan dari kaum muslim di seluruh dunia dengan menyatakan tujuan organisasi ini adalah untuk mendirikan kekhalifahan Islam.
Kabah adalah situs yang paling suci umat Islam. Rumah Allah ini menjadi kiblat salat bagi kaum muslim di seluruh dunia.
Siapakah ISIS itu?
Tak bisa dipungkiri, sejak dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi, kekuatan Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL) atau yang juga dikenal sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) semakin besar dan terorganisasi. Hal ini terbukti dengan ditaklukannya sejumlah wilayah di Irak, seperti Kota Anbar, Mosul, Ramadi, dan Falujjah.
“Tidak diragukan lagi, perkembangan ISIS dalam beberapa tahun terakhir karena Baghdadi berhasil membentuk ISIS menjadi sebuah organisasi berpikiran lintas bangsa,” kata Charles Lister, peneliti dari Brookings Doha Centre yang memusatkan kajiannya pada sosial ekonomi dan geopolitikal muslim dunia, kepada Al Jazeera.
Pria yang memiliki nama asli Ibrahim Awwad Ibrahim al-Badri ini lahir dari sebuah keluarga religius di Samarra. Seorang kerabat yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan Baghdadi menyandang gelar doktor dari sebuah universitas di Bagdad pada akhir 1990-an. Ia diketahui belajar tentang sejarah Islam.
Latar belakang pendidikan itu membuatnya memegang posisi agama dalam komunitas Sunni ketika AS menginvasi Irak pada tahun 2003. Dari sinilah ia kemudian terlibat dalam pemberontakan bersenjata dan mulai berjuang di barat Irak hingga tertangkap pada tahun 2006.
Selama empat tahun ia berada di dalam tahanan AS di Irak yang juga menjadi tahanan bagi sejumlah komandan Al-Qaeda. Begitu bebas di tahun 2010, Baghdadi kemudian muncul sebagai pemimpin ISIS yang pada saat itu masih sebagai bagian dari Al-Qaeda. Ia menggantikan kepemimpinan Abu Omar al-Baghdadi yang tewas di tangan pasukan Irak dan AS.
Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaeda di Suriah. Namun, permintaan ISIS tersebut ditolak. Al Nusra menganggap ISIS telah melenceng dari Al-Qaeda.
Dari sinilah Baghdadi dan para pejuangnya secara terbuka menantang pemimpin Al-Qaeda. Namun, dengan reputasi sebagai pelatih medan perang yang memiliki analisis dan taktik yang hebat, Baghdadi sukses menarik jihadis muda untuk lebih memilih tergabung dengan ISIS dibandingkan dengan Al Nusra.
Sebagai pemimpin yang ditakuti, Baghdadi melambangkan kebrutalan, tekad, dan ambisi dari ISIS. Ia tak segan melakukan penyiksaan bahkan pembunuhan terhadap para penentangnya. Hal ini yang kemudian membantunya menguasai sebagian besar wilayah Irak. Di bawah pimpinannya, ISIS mendeklarasikan Negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah dan juga menyatakan Baghdadi akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia.
tempo.co
loading...