loading...
loading...
Batavia City, kota indah yang tak lagi aman dihuni. Perampokan, kekerasan, dan berbagai kriminalitas semakin hari semakin merajalela. Di tengah kota yang kacau ini, Srimaya, seorang pelayan kafe yang memiliki mimpi menjadi aktris tidak pernah menyangka kalau impiannya akan mengubah jalan hidupnya. Pertemuannya dengan seorang sutradara film dan sahabatnya, Bono dan Wawan, akan membawanya pada petualangan berbahaya penuh aksi mendebarkan dengan nyawa sebagai taruhannya. Mengubahnya dari gadis biasa menjadi pahlawan harapan Batavia City, Valentine. Yang bertugas membasmi kejahatan.
Skylar Pictures diketahui sudah mengeluarkan teaser trailer perdana film Superhero Valentine besutan Agus Pestol. Teaser yang dikeluarkan pada perhelatan Popcon Asia 2015, 7-9 Agustus lalu langsung mendapat respon dari berbagai pecinta Superhero, komunitas komik, pecinta film dan sebagainya. Berbagai komentar tersebut dapat disimak pada link teaser yang diunggah Skylar pada Youtube sejak pertengahan Agustus silam. Sangat menarik menilai harapan yang disampaikan pada timeline komentar, baik yang bernada positif maupun sebaliknya. Pertanyaannya, tantangan apa yang dihadapi sineas lokal dalam memproduksi film bergenre action Superhero agar memperoleh apresiasi positif penonton?
Memproduksi film Superhero sebenarnya bukan barang baru dalam industri perfilman tanah-air. Ternyata sejarah film fantasi jagoan super ala Indonesia sudah cukup lama. Bayangkan saja, kita pernah memproduksi film berjudul Sri Asih pada tahun 1954 karya RA Kosasih dengan sutradara Turino Djunaedy dan Tan Sing Hwat. Setelah itu ada beberapa film lainnya diantaranya Rama Superman Indonesia (1974), Gundala Putra Petir (1981), Darna Ajaib (1982), dan Gadis Bionik (1982). Kehadiran film-film tersebut sebenarnya lumayan diterima penonton film Indonesia saat itu. Sayangnya para tokoh jagoan tersebut ikut tenggelam pada saat industri perfilman tanah air mati suri sejak pertengahan 80 hingga akhir 90an. Lamanya kondisi perfilman yang terpuruk tersebut mengakibatkan generasi yang lahir pada periode ini ahistoris terhadap karakter Superhero yang pernah diciptakan. Sementara generasi tersebutlah menjadi generasi penonton aktif saat ini.
Tentu saja ketika saat ini ada jarak antara generasi baru penonton Indonesia dengan Superhero lawas tersebut sangat lumrah. Apalagi sejak tahun 70an, Hollywood melalui Marvel dan DC Comics gencar memproduksi dan mendistribusikan film Superhero seperti Superman, Batman, Spiderman, Hulk dan sebagainya yang mengisi ruang kosong tokoh fantasi penonton Indonesia. Dengan dibekali cerita yang baik, visual effect yang canggih, promosi dan pemasaran yang intensif membuat para karakter tersebut begitu kuat tertanam dalam mindset penonton film bertema Superhero. Standar Hollywood tersebutlah yang digunakan oleh generasi ini dalam mengkritisi kualitas film Superhero lokal.
Situasi tersebut sangat disadari oleh sineas lokal yang saat ini mulai melirik tema Superhero dengan menciptakan karakter-karakter baru jagoan super ala Indonesia. Skylar yang telah memproduksi komik Valentine dan Volt merupakan production house yang mencoba menjawab tantangan tersebut dengan membuat versi film kedua dari komik. Valentine akan menjadi film perdana yang diproduksi di bawah bendera Skylar Pictures dan Skylar Comics.
"Sebenarnya udah tahun lalu kita siapkan Volt, sekarang sih masih script development dan udah buat teasernya tapi belum bisa kamu tunjukkan. Kita sudah buat CGInya bareng Eric. Kalau untuk pemeran utamanya, Marcelino kita sudah permak abis badannya jadi lebih kekar," kata Anggy Umbara, selaku sutradara film Volt.
Berusaha untuk memenuhi ekspektasi penggila dan komunitas Superhero Tanah Air, Valentine diproduksi dengan serius dan hati-hati. Keseriusan ini mulai dari penggarapan alur cerita yang baik, penyutradaraan, efek visual, karakterisasi tokoh (protagonis maupun antagonis) hingga desain kostum. Penggarapan cerita digawangi oleh Bebi Hasibuan dengan supervisi langsung dari creator Valentine, Sarjono Sutrisno dan Aswin M.C. Siregar. Valentine akan mengandalkan fighting action dengan minim efek CGI. Namun demikian efek visual film ini diperkirakan akan berlangsung hampir setahun. Tidak tanggung, Valentine juga akan menghadirkan aktor Hollywood, Matthew Settle yang bermain dalam seri film Band of Brothers (2001) dan Gossip Girl (2007). Strategi ini untuk menciptakan peluang distribusi internasional dari film Superhero lokal.
Meski anggaran produksi tidak sebanding dengan film Superhero import, namun penonton akan disajikan kota imajiner dimana Valentine beraksi menumpas penjahat. Kota yang menjadi universe dari film ini bernama Batavia City lengkap dengan aparat yang bernuansa internasional. Sedangkan tokoh penjahat bebuyutan Valentine diciptakan sama hebatnya (baik penciptaan karakter maupun kostum) dengan sang jagoan.
Seperti halnya Marvel dan DC Comics yang memperoleh keuntungan dari distribusi internasional, Skylar juga berencana untuk memutar film Valentine pertama kali di jalur distribusi luar negeri. Strategi ini diharapkan dapat memperluas market dari film ini. Saat ini inisiatif ke jalur tersebut sedang dijajaki oleh Sklyar. Sementara untuk distribusi Tanah Air akan dimulai di tahun 2016.
"Setelah teaser trailer ini kedepannya akan perkenalkan trailer resmi. Abis itu baru deh filmnya, tunggu aja di tahun 2016 ya," ucap Aswin Siregar selaku produser film Valentine.
Berbagai upaya yang dalam memproduksi film Valentine diharapkan dapat mengisi ruang kosong tokoh Superhero lokal versi bioskop yang menjadi idola baru generasi aktif penonton Indonesia. Memang tidak mudah memenuhi semua harapan pecinta film Superhero lokal, namun Skylar tetap optimis, apresiasi positif akan diberikan penonton setelah menyaksikan film ini tahun depan.
Jenis Film : Drama, Action
Produser : Sarjono Sutrisno, Aswin Mc Siregar, Helfi Kardit
Sutradara : Agus Pestol, Ubay Fox
Penulis : Beby Hasibuan
Produksi : Skylar Pictures
Casts : Estelle Linden, Matthew Settle, Arie Dagienkz, Ahmad Affandy
Sumber: 21cineplex
loading...