loading...
loading...
Okto Maniani (dan Titus Bonai) Memilih Nasionalisme, Apa Alasannya?-- Siapa bilang orang Papua (wilayah timur) tak nasionalis? Menyusul Titus Bonai, Okto akhirnya bergabung dengan training camp di Yogyakarta dalam rangka persiapan timnas Indonesia (PSSI Djohar Arifin) untuk mengikuti turnamen internasional Al-Nakbah di Palestina tengah bulan ini. Namun keputusan pemain berusia 22 tahun itu mendapat kecaman dari klubnya, Persiram Raja Ampat, karena Okto tidak meminta izin terlebih dahulu ke klub. Untuk itu, ia mengaku siap menanggung risiko.
Meski demikian, Okto tak merasa menyesal telah mengambil keputusan yang ditentang oleh klubnya itu. Baginya, ia hanya memenuhi panggilan untuk membela negara dan karena itu ia siap menanggung segala risiko yang akan diterimanya.
"Saya berani menanggung apapun risikonya. Yang penting saya melakukannya demi bangsa dan negara. Sebagai pemain saya ingin membela negara saya. Saya siap kalau mau diproses secara hukum," ujar Okto seusai pertandingan.
"Saya masih ingin membela timnas. Saya siap menerima apapun yang terjadi. Kalau soal pemutusan kontrak, itu urusan saya dengan manajer. Saya hanya melakukan ini demi negara."
Sebagaimana diketahui, PSSI telah memanggil beberapa pemain LPI dan LSI untuk memperkuat timnas senior. Namun hingga beberapa kali kesempatan untuk bergabung, pemain LSI tidak kunjung bergabung. Alasannya, klub LSI tidak mengakui kepemimpinan Djohar Arifin dan telah menyerahkan mandat kepada La Nyalla Mattalitti untuk memimpin PSSI melalui KLB di Ancol beberapa waktu lalu. Klub tentu tak memberi izin, terlebih turnamen yang diikuti bukan kalender resmi FIFA dan saat ini kompetisi domestik sedang berlangsung.
Menanggapi keberatan klub-klub tersebut, termasuk ancaman menggugat, Penanggung Jawab Timnas Bernhard Limbong mengatakan, pihaknya memanggil pemain sesuai prosedur. "Kami 'kan sudah mengirim surat ke klub-klub untuk minta izin. Apa salah pemainnya mau membela timnas? Klub tidak bisa menyalahkan," ujarnya kepada detiksport, Jumat (11/5/2012).
"Kalau klub tidak terima, terserah saja. Yang penting pemain mau. Masak kami tolak? Seharusnya klub bisa menerima. Jadi saya kira harusnya kemauan semua pihak. Ini demi kepentingan bangsa dan negara," tuntas dia.
Tak dapat disalahkan pula, pemain LSI (ISL) lainnya tentu punya alasan sendiri untuk tak ikut bagian di timnas PSSI Djohar Arifin mengingat legitimasinya yang sudah 'cacat'. Bagi pemain, antara nafkah, profesionalisme, dan nasionalisme, sama-sama merupakan pilihan yang sulit. Saya pribadi berpendapat, saya suka pertandingan ISL (karena ISL pernah menyandang predikat sebagai salah-satu liga terbaik di Asia), tetapi saya lebih suka timnas, timnas yang satu: Indonesia!
Sumber: detiksport.com (dengan pengubahan)
loading...