Selamat datang. Selamat belajar, selamat berprestasi. Semoga sukses

Galeri Video

Powered by: Youtube

Kliping Pendidikan

Kliping Berita PNS

Otomotif

wawasan Islam

Kesehatan

loading...
loading...

Saat ini disadari atau tidak, televisi adalah hiburan termurah yang dimiliki oleh kita, Selain sebagai sarana informasi, ternyata hiburan televisi juga memiliki bahaya tersendiri bagi mindset anak.

Mungkin bagi tingkatan orangtua yang menonton, bisa melihat serta menilai dari berbagai sudut pandang sosial, tapi akan lain lagi bila untuk para remaja yg masih labil. Misalnya berawal dari kesukaan kebanyakan anak perempuan (fans film India), setiap pulang sekolah mereka pasti lansung siap siaga di depan televisi selama 2,5 jam atau bahkan sampai 3 jam.

Bayangkan penayangan yang begitu lamanya, setiap hari tanpa ada jeda waktu yang terlewati. Sehingga pasti membuat para ibu penasaran, seperti apakah film tersebut? dan akhirnya para ibu turut mendampingi beberapa episode, dan jika tidak menonton maka anak menceritakan seperti apa jalan ceritanya.

Bagi mereka yang menyaksikan, pasti ada yang beranggapan bahwa tayangan tersebut, sungguh sebuah tayangan yang miris. Berikut kesimpulan dari salah satu acara film India tersebut:

Awalnya Menceritakan Kisah Anak Mungil
Pada awal tayang menceritakan kisah tentang anak mungil dari kampung (Icha kecil) dengan berbagai alur ceritanya. Mungkin bisa dibilang itu pas untuk ditonton anak disaat pulang sekolah.

Bahkan Icha kecil mempunyai impian ingin menjadi orang besar, tapi tiba-tiba jalan cerita begitu mudah dibalikan menjadi kisah tentang Icha dewasa. lalu apa sisi negatifnya? Jika dilihat kelanjutannya, Icha hanya penuh kerumitan tentang cinta segitiganya.

Lalu impiannya hanya dianggap angin lalu, yang mana dampaknya : penonton tingkat anak/ remaja yang labil, bisa saja “mengikuti” bagaimana tokoh utama yang begitu mudah melepas masa depan hanya demi keinginan semu?.

Icha Kecil Merupakan Gadis Penurut dan Pintar
Akan tetapi disaat dewasa menjadi gadis yang “ditokohkan” alim tapi keras kepala. Ibunya yang begitu baik seringkali ditentang dan dibantah, dan ayah angkatnya yang begitu bijaksana pun sering kali tak dianggap (bahkan dibohongi dari belakang dalam kisah pernikahan palsunya).

Terlepas dari apapun tujuan dan maksud seorang anak, tetap saja orangtua ingin yg terbaik bagi masa depannya. Selain itu, sebuah kesalahan (dosa besar) bila menentang orangtua yang membesarkan dengan susah payah, lalu hanya demi cinta keluarga dilawan.

Bahkan, ibunya beberapa kali harus tunduk atas “permintaan bodoh” anaknya, jika tidak dituruti, Icha dewasa memberikan ancaman akan kabur. Dampaknya: penonton anak/remaja bisa saja mengikuti cara seperti itu, karena dianggap cara bagus untuk mewujudkan hasrat/keinginan.

Tokoh Tapasya (anak dari bapak angkat Icha kecil)
Tapasya merencanakan pembunuhan untuk Icha dengan memanfaatkan mantan pacarnya. Bayangkan saja, demi perasaan yang berlebihan sehingga menghalalkan segala cara walau harus menghilangkan nyawa saudara angkatnya?.

Sebuah peringatan keras atas apa yang ditayangkan film serial tersebut. Dampaknya: bisa saja anak/remaja yang menonton mempunyai tanggapan, bahwa membunuh merupakan cara terbaik menyelesaikan dendam/ cemburu/ sakit hati/ atau hal negatif lainnya.

Menyayangi Saudarinya Meskipun Bertepuk Sebelah tangan
Tokoh Icha yang begitu menyayangi saudarinya (Tapasha) begitu mudah menurut dan patuh. Ketika detik-detik akan menikah dengan pria idamannya, malah mau juga digantikan oleh Tapasya padahal ibunya memohon bertekuk lutut untuk jangan dilakukan. Namun, pria idamannya akhirnya menikah dengan Tapasya.

Kemudian yang terbaru, dijodohkan dengan pecandu narkoba juga mau, padahal ibunya bersedih karena tidak setuju. Yang membuat bingung adalah, Icha sebagai gadis baik tapi ibu sendiri (meski seorang pembantu) tidak dihargai dan dihormati sama sekali?.

Dampaknya: anak/remaja yang menonton bisa saja memikirkan bahwa “toh gadis baik-baik juga membenarkan untuk melawan ibu kandungnya”. Bukankah dalam ajaran agama manapun, seorang ibu sangat tinggi kedudukannya.

Tokoh Icha Sering Kali Membohongi dan Menutupi segala Kejadian dari Orang Tuanya
Ketika tokoh Icha sering kali membohongi dan menutupi segala kejadian dari orangtuanya, bukankah yang terkena dampaknya ialah semua keluarga. Seperti yang kita ketahui dalam dunia realita, anak yang benar-benar baik dan alim, senantiasa mengutamakan kejujuran walau sepahit apapun, serta selalu terbuka atas segala masalah kepada orangtua.

Dampaknya: anak/remaja yang menonton bisa beranggapan bahwa, “bohong dan tertutup merupakan sikap yang tepat dalam menjalani kehidupan”.

Dua Tokoh Melakukan Berbagai Cara Demi Ambisinya
Tokoh Tapasya mencoba bunuh diri dengan berusaha memotong urat nadi, karena ada keinginan yang tidak bisa didapatkannya yaitu cinta seorang lelaki. dan tokoh Frans mencoba bunuh diri dengan meloncat dari atas rumah, alasannya pun sama karena khawatir gagal mendapatkan cinta seorang wanita.

Dampaknya: upaya bunuh diri bisa dianggap sebagai solusi jitu menekan orangtua, karena dalam film uttaran memperlihatkan “keberhasilan” dengan cara bunuh diri.

Tidak ada Label Khusus 17 Tahun Ke atas
Film serial Uttaran tidak mendapatkan label khusus 17 tahun keatas, atau mendapatkan peringatan wajib didampingi orangtua. padahal jika disimak dalam film tersebut, yang namanya label bukan untuk sekedar adegan bersifat seksual semata (sensor dada), tapi tentang prilaku kekerasan (pembunuhan, mabuk-mabukan, narkoba) dan pendidikan moral yang keliru pun harus diperhatikan.
Apalagi Uttaran berawal untuk anak-anak kemudian meloncat jadi tayangan film dewasa.

Dari kesimpulan film serial tersebut diharapkan bagi orang tua yang anak-anaknya suka menonton film tersebut supaya diberikan bimbingan untuk meluruskan apa saja yang salah selama penayangan, sehingga jangan sampai mempengaruhi pola pikirnya. Namanya anak/remaja mempunyai daya ingat kuat, dalam menyerap apapun yang dilihat serta didengarnya.

Sungguh peran penting orangtua dalam memantau apa yang dilakukan/ dikerjakan anak, haruslah jadi prioritas utama dalam pendidikan dirumah. Karena tayangan televisi serta internet sudah semakin sulit diawasi oleh pihak-pihak terkait, apalagi pihak pengelola siaran mengutamakan bisnis dan rating, tapi sering sekali mengesampingkan efek negatif dari apa yang ditampilkan.

Sumber: kabarhikmah.com


loading...
Bagikan artikel ini:
Suka artikel ini?
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

Top