Selamat datang. Selamat belajar, selamat berprestasi. Semoga sukses

Galeri Video

Powered by: Youtube

Kliping Pendidikan

Kliping Berita PNS

Otomotif

wawasan Islam

Kesehatan

loading...
loading...

Banyak polisi dengan aksi heroik saat penumpasan aksi terorisme di kawasan sekitar Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016).
Aksi AKBP Untung Sangaji saat berupaya melumpuhkan pelaku terom bom di sekitar Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1/2016), mendapat banyak pujian.

AKBP Untung Sangaji dan Ipda Tamat Suryani sama sekali tidak mengira ledakan di Pos Polisi Thamrin, kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016) siang, adalah serangan teror.
Namun, begitu keduanya melihat kondisi tempat kejadian perkara, keduanya langsung yakin bahwa aksi itu adalah ulah teroris.
"Saya lihat korban, ooh ini pasti bukan akibat ledakan biasa. Ini pasti teroris nih. Sebab ada sekrup, baut, paku dan lain-lain," ujar Untung dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).

Keyakinan itu membuat dirinya mengerahkan kemampuannya sebagai anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Dia dan Tamat langsung bertindak sesuai prosedur. Sapu pandangan ke sekeliling mereka lakukan. Gunanya untuk melihat apakah ada pelaku pengeboman.
Senjata laras pendek pun di genggaman dan dalam kondisi siaga.
"Saya bilang, Tamat, safety right, safety right. Itu sandi kami. Hanya kami yang mengerti," ujar Untung.

Untung dan Tamat langsung membantu para korban di sekitar Pos Polisi untuk dibawa ke rumah sakit.
Di tengah itu, tiba-tiba ada suara tembakan di tengah kerumunan masyarakat yang menonton.
Salah satu warga yang berkerumun tampak tergeletak di aspal. Momen itu kemudian menjadi momen awal baku tembak antara polisi dengan pelaku teror.
Meski sempat mendapat perlawanan, khususnya dilempar granat rakitan, kedua pelaku akhirnya tewas.
"Kami melakukan penyelesaian di tempat," ujar Untung.

Untung mengakui tindakannya itu mendapatkan kritikan dari istri dan anak-anaknya. Namun, hal itu ia lakukan spontan untuk mencegah korban jatuh yang lebih banyak.
Terbukti, kata dia, ada bom berdaya ledak lebih besar dari bom pertama yang bisa dijinakkan setelah semua teroris dilumpuhkan.

Untung mengaku tidak bisa membayangkan apabila bom itu jadi meledak sementara masyarakat justru berkumpul di TKP.
"Kami tembak lagi. Masih ada bom yang lebih besar. Kasihan kan yang menonton," ujarnya.

Untung mengatakan hanya karena "kegilaan" yang membuat dia dan rekannya, Ipda Tamat, langsung maju menembaki para teroris yang menyerang pos polisi.

Pasalnya, baik Untung maupun Tamat sama sekali tidak memakai pelindung apa pun kecuali senjata api yang mereka pegang.
"Hanya karena kami gila, kami hantam saja. Enggak ada urusan," kata Untung.
Untung awalnya bahkan sempat dikira salah satu pelaku karena memakai pakaian preman berwarna putih dan sangat dekat dengan lokasi bom meledak. Aksinya sempat terekam foto dan video warga saat ia mengejar hingga menodongkan pistol ke arah pelaku yang telah dilumpuhkan.
Untung dan Tamat adalah dua anggota tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri yang secara kebetulan berada dekat lokasi teror. Keduanya sebagai tenaga penyelidik tengah bertugas di ring dua Istana Negara.

Tak kalah seru seperti yang dilakukan AKBP Susatyo Purnomo Condro, Kabag Ops Polres Metro Jakarta Pusat. Suyatno, mantan Kapolsek Metro Gambir tersebut turun langsung menumpas terduga teroris kemarin.

Suyatno menceritakan, saat itu Susatyo turun ke lapangan setelah mendapat laporan bahwa ada info bom dan penembakan terhadap anggota lalu lintas di kawasan sekitar Sarinah.
"Saya bersama lima anggota Sabhara mengepung dari depan Starbucks hanya dalam jarak 10 meter dari pelaku yang bersembunyi dari balik tembok pagar Starbucks," cerita Susatyo yang dikirim oleh Suyatno, Jumat.

Susatyo bersama timnya menembak untuk menutup ruang gerak para pelaku. Alhasil, tembakan tersebut membuat panik pelaku.
"Kedatangan saya ternyata membuat panik pelaku dan menyerang membabi buta dengan melempar bom rakitan dan tembakan," lanjut Suyatno mengisahkan Susatyo.
Dari pengamatan Susatyo, mekanisme pengaktifan bom yang dilempar ke mobilnya harus membakar sumbu terlebih dahulu sehingga, saat lemparan ketiga, bom tak sengaja meledak.
Sementara itu, tembakan pelaku mengenai pintu kiri belakang mobil Susatyo. Lemparan bom dari pelaku juga hanya berjarak satu meter dari mobil dinasnya.
"Kemudian saya keluar mobil dari pintu di sisi kanan," tambahnya.
Susatyo mengaku saat itu terduga teroris langsung mengarah kepadanya. Pengalihan itu disebut berguna agar anggota lain mendekati pelaku.
"Sementara dari sisi kiri Starbucks saya melihat sudah ada Karo Ops Polda Metro dan Kapolsek Menteng yang akan mendekat," katanya.

Ia juga sembari menolong anggota lain ke dalam mobil dinasnya karena menjadi sasaran tembak. Ia juga berinisiatif agar anggotanya tiarap dan mundur agar tak kena lemparan bom berikutnya.
"Setelah semua berhasil mencari perlindungan di taman, saya bergegas mundur dengan menyetir sambil tidur terlentang untuk mempersiapkan bantuan dari satuan lainnya," terangnya.

Aksi heroik polisi lainnya
Setelah itu, dipastikan empat terduga teroris tewas. Dua orang tewas karena bom bunuh diri dan dua lainnya ditembak mati. Susatyo bersama anggota Gegana Polda Metro Jaya beserta pejabat Polres memasuki gedung untuk melakukan penyisiran.
Peristiwa ini menimbulkan korban yang 'sedikit'. Total ada tujuh korban meninggal. Selain empat di antaranya merupakan teroris yang mati konyol, tiga lainnya merupakan warga sipil (salah satunya WNA asal Kanada). Selain itu, ada 24 korban luka yang dirawat di sejumlah rumah sakit.
Dua pelaku penyerangan di Jakarta yang kemudian mati konyol.

Sumber narasi: kompas
Foto: Okezone, viva, kriminalitas.com


loading...
Bagikan artikel ini:
Suka artikel ini?
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

Top